Meta Perkenalkan Superkomputer Metaverse AI, Menjadi yang Tercepat?
Perusahaan induk Facebook, Meta Platforms Inc, atau Meta mengatakan bahwa kecerdasan buatan (AI) yang baru dibuat akan membuka jalan untuk membangun Metaverse.
Kecerdasan buatan atau artificial intelligence atau AI tersebut telah diberikan nama atau bisa disebut sebagai Research SuperCluster (RSC).
Raksasa media sosial itu mengatakan bahwa mereka percaya RSC sudah menjadi salah satu super komputer tercepat di dunia.
Selain itu, Meta juga percaya bahwa ini akan merebut posisi teratas ketika mulai beroperasi penuh pada pertengahan tahun 2022 nanti.
Ungkapan tersebut tertulis di postingan blog resmi di situs web Meta AI yang dipublikasikan pada 24 Januri 2022.
Menanggapi hal ini, CEO Meta, Mark Zuckerberg membuat postingan di facebook untuk 119 juta pengikutnya, Ia mengatakan:
“Meta telah mengembangkan apa yang kami yakini sebagai superkomputer AI tercepat di dunia. Kami menyebutnya RSC untuk AI Research SuperCluster.”
“Pengalaman yang kami bangun untuk metaverse membutuhkan daya komputasi yang sangat besar (triliun operasi /detik!),” lanjut Zuckerberg.
“Dan RSC akan memungkinkan model AI baru yang dapat belajar dari triliunan contoh, memahami ratusan bahasa, dan banyak lagi. Selamat kepada tim dalam membangun RSC!,” tutupnya.
Namun, Meta tidak mengungkapkan di mana komputer berada, atau biaya yang terkait dengan pengembangan dan pembuatan AI untuk metaverse ini.
Analis keuangan terdesentralisasi Camilla Russo membandingkan mesin baru Meta dengan jaringan Ethereum, yang dianggap oleh beberapa orang di industri ini sebagai semacam “superkomputer” global.
“Facebook @Meta membangun superkomputer secara pribadi untuk memonetisasi data pengguna dengan lebih baik di metaverse-nya,” kata Camilla Russo.
“Ethereum membangun komputer dunia di tempat terbuka yang memungkinkan pengguna untuk mengontrol data mereka di metaverse. tidak sama,” tutup Russo.
Metaverse AI butuh daya yang luar biasa besar
Pada desember 2021, Wakil Presiden perusahaan teknologi, Intel, Raja Koduri, mengatakan bahwa infrastruktur komputasi saat ini akan perlu meningkatkan seribu kali lipat untuk daya Metaverse.
“Anda perlu mengakses petaflops [seribu teraflops] komputasi dalam waktu kurang dari satu milidetik, kurang dari sepuluh milidetik untuk penggunaan real-time,” kata Koduri kepada Quartz pada saat itu.
Sebagian besar digambarkan sebagai iterasi berikutnya dari internet, Metaverse mengacu pada ruang virtual di mana orang dapat bekerja, bermain dan bersosialisasi.
Dan dengan menggunakan realitas virtual (VR) dan teknologi augmented reality (AR). Pada bulan Oktober, Facebook berganti nama menjadi Meta untuk mencerminkan fokus baru di luar media sosial.